Ratib Togak adalah salah satu seni budaya merangin yang lahir setelah masuknya agama islam pada abad ke-13 Masehi. Budaya ini beradaptasi dan kemudian berakulturasi antara budaya Islam dengan budaya melayu tua di merangin, dari hasil perkawinan budaya inilah maka lahir sebuah bentuk budaya baru pada masa itu yang disebut Ratib Togak. Pada mulanya berdiri tariqat naqsabandiyah diwaktu itu di pimping ayahanda almarhum Syekh Imam Sabar Al Khloidi Naqsyabandi pada Tahun 1925 Ratib togak adalah kumpulan atau himpunan ayat alquran dan untaian kalimat dzikir yang lazim diamalkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, sebagai upaya melindung diri dari bala dan malapetaka.

Khatam Alquran di masjid dan musholla pada malam Tujuh Likou (27 Ramadhan) merupakan salah satu tradisi budaya masyarakat di Pulau Bengkalis, yaitu mengkhatamkan hasil tadaruz yang dilakukan oleh jemaah dan anak-anak muda pada setiap malam selama bulan suci Ramadhan. Acara dimulai dengan berbuka puasa bersama-sama, dilanjutkan dengan Sholat Maghrib bersama-sama. Setelah selesai Sholat Maghrib, dilanjutkan dengan Khatam Alquran oleh Jemaah laki-laki dan undangan, Doa Khatam Quran dan diakhiri dengan makan malam bersama. Masyarakat akan membawa hidangannya secara ikhlas dan suka rela ke masjid dan musholla tempat dilaksanakannya acara untuk disantap secara bersama-sama. Setelah makan malam bersama, Jemaah masjid/musholla yang diundang akan kembali ke masjid dan musholla masing-masing untuk melaksanakan Sholat Isya dan Sholat Tarawih.

Solawat Berhanyut merupakan salah satu tradisi ritual untuk menjaga kampung atau tolak bala yang ada di Kabupaten Bengkalis, Riau. Kegiatan ini dilakukan dengan cara Sholawat kepada Rasul dengan menggunakan kapal-kapal pompong bersama-sama diperairan laut keliling Pulau Bengkalis. Kegiatan ini dilakukan bulan Oktober. kelompok Sholawat Laut ini sukses menyelenggarakan kegiatan Sholawat Beghanyot setiap tahun.

Cue Lak atau pawai hari keenam Tahun Baru Imlek. Selain diisi dengan ritual sembahyang, peringatan hari ulang tahun Dewa Ching Cui Choo She ini juga diiringi dengan Pawai keliling Kota Bengkalis untuk melakukan penyemahan . Di Bengkalis, arakan keliling kota dimulai dari Kelenteng Hok Ann Kiong menuju Jalan Ahmad Yani. Kemudian belok kiri menuju Jalan Hang Tuah hingga perempatan Hang Tuah – Pattimura. Dari Jalan Pattimura menuju Jalan Sudirman lalu kembali lagi ke Kelenteng. Ada yang memang pulang kampung karena nenek moyang mereka dari Bengkalis, dan banyak juga tamu dari luar negeri yang berkunjung sengaja ingin meilhat langsung kemeriahan peryaaan Imlek di Bengkalis. Bisanya Tionghoa dari Taiwan, Hongkong, Tiongkok, Singapura dan Malaysia yang banyak berdatangan.

Pasca tahun baru Imlek, masyarakat Desa Titi Akar, Kecamatan Rupat Utara, Kabupaten Bengkalis, akan menggelar atraksi ekstrim saat Cap Go Meh. Banyak kejutan yang tidak biasa dilakukan pada acara Cap Go Meh di mana pun. Kegiatan yang sudah menjadi kalender rutin itu, Pada perayaan Cap Go Meh banyak warga Tionghoa dari luar negeri yang datang ke Kelenteng ini, seperti dari Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Tiongkok. Atraksi ekstrem yang dilakukan di tengah acara Cap Go Meh atau hari ke-15 Imlek dilakukan komunitas Tionghoa yang banyak terdapat di daerah itu. Beberapa aksi ekstrim yang sudah masuk dalam agenda tahunan masyarakat Pulau Rupat yakni tusuk baja, tebas parang, dan beladiri yang di lengkapi dengan sebilah senjata seperti tongkat yang terbuat dari rotan. Acara ini sudah dilakukan sejak puluhan tahun lalu.